"Jika kamu ingin mengenal dunia, membacalah. Jika kamu ingin dikenal dunia, menulislah!"
⎯ Armin Martajasa
Kutipan bijak ini menyentuh inti dari dua kegiatan intelektual yang saling melengkapi: membaca dan menulis.
Membaca adalah pintu masuk untuk memahami realitas yang lebih luas. Melalui membaca, kita menyerap pengetahuan, mengalami perspektif baru, dan menjelajahi berbagai sudut pandang—tanpa batas ruang dan waktu. Dengan membaca, dunia "masuk" ke dalam diri kita; kita menjadi pengamat, pembelajar, dan penyerap ilmu.
Namun, ada hasrat lain yang muncul ketika pengetahuan dan pengalaman telah terkumpul: keinginan untuk dikenal, didengar, dan memberi kontribusi. Di sinilah menulis berperan. Menulis adalah tindakan kreatif untuk mengubah ide, gagasan, dan perasaan menjadi sesuatu yang nyata dan abadi. Dengan menulis, kita keluar ke dunia; kita berbagi pemikiran, menginspirasi, mengkritisi, atau sekadar meninggalkan jejak.
- Membaca adalah fondasi, sedangkan menulis adalah bangunan.
- Membaca membuat kita rendah hati sebagai pembelajar, menulis membuat kita berani sebagai pencipta.
- Keduanya adalah siklus: semakin banyak membaca, semakin kaya bahan untuk ditulis; semakin banyak menulis, semakin sadar betapa pentingnya terus membaca.
Kutipan ini mengingatkan kita bahwa:
Jika membaca adalah proses menerima, maka menulis adalah proses memberi. Dan dalam keseimbangan itulah, kita tidak hanya mengenal dunia, tetapi juga turut membentuknya.
*Kutipan ini sering dikaitkan dengan para pemikir dan penulis besar, menggambarkan bahwa melalui tulisan, pemikiran seseorang bisa melampaui zaman dan geografinya.*
